1.The Birth of Cecunguk Busuk
Hari tu hari Sabtu, tepatnya Sabtu Paing tanggal 8 Mei 1993, seorang wanita 22 tahun yang hamil 9 bulan 10 hari(ndean) datang ke tempat seorang bidan di desa Sampang. Jabang bayi perempuan di dalam rahimnya sudah tak sabar ingin segera menghirup oksigen pertamanya di dunia.Sekitar pukul dua siang, wanita itu sudah berbaring di atas ranjang, berjuang untuk bayinya. Suami tercinta tak ada di sampingnya. Ia benar benar berjuang sendiri. Hanya ada dia, bidan dan ibunya. Tak lama kemudian lahirlah seorang bayi perempuan lucu berambut jabrig dengan bobot sekitar 3,5 kg. Wanita itu pun merasa lega. Buah cinta pertamanya lahir dengan selamat. Ia dan seluruh keluarganya bahagia.
Beberapa hari setelah kelahiran bayi yang untuk sementara dipanggil TUING(Sabtu Paing),sing ibu Tuing dan suaminya serta seluruh keluarganya sepakat untuk memberikan nama depan LUTHFIANA. Namun mereka masih bingung untuk nama belakang si Tuing. Keesokan paginya, bapak si Tuing berangkat ke masjid, menunaikan ibadah salat Subuh berjamaah dan meminta petunjuk untuk nama belakang putri sulungnya tercinta.
Setelah Salat Subuh, ia menemui seorang pemuka agama yang cukup ternama di desanya. Ia menanyakan nama yang baik untuk anaknya>yaa si Tuing itu<. Sang pemuka agama mengusulkan SYIFAURROHMAH. Menurutnya, nama yang memilik makna obat dan kasih sayang itu akan cocok dengan nama depannya yang berarti anak perempuan yang lemah lembut. Bapak si Tuing pun setuju. Ia menjabat tangan pak Kyai dan bergegas pulang.
Sesampainya di rumah, istrinya menanyakan nama yang telah ditanyakannya pada pak Kyai. Mendadak Bapak si Tuing lupa nama yang diusulkan pak Kyai. Ia hanya mengingat IZZATURROHMAH. Akhirnya mereka sekeluarga menyetujuinya. Jadila si Tuing bernama
LUTHFIANA IZZATURROHMAH